Sumber : TanyaDok.com |
“Pah, tadi adek dengar ga boleh sentuhan laki-laki sama perempuan,
emang kenapa pah?
“Kak, aku kok gak boleh pake baju yang kayak dipake cewek-cewek di
filem itu?”
Bagaimana
bila pertanyaan-pertanyaan tersebut dialami oleh para orang tua. Bagaimana kita
menjawabnya? Memarahi anak karena bertanya hal semacam itu? Pura-pura gak
dengar atau bahkan “tanya ibu guru aja di
sekolah!” hehe, ngeles nih yee.
Persoalan seks
memang menjadi persoalan yang sensitif bahkan tabu untuk dibicarakan secara
umum. Apalagi menjelaskan hal tersebut kepada anak tentu akan merasa canggung,
tapi mengingat maraknya kasus pelecehan seksual yang dialami oleh anak dibawah
umur, para orang tua sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk memberikan pendidikan
seks untuk anak.
Cepat atau
lambat kita para orang tua akan mulai berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan
penuh ingin tahu semacam itu dan kita sebagai orang tua sebaiknya bisa menjadi
orang yang sangat dipercaya oleh anak untuk dapat memberikan jawaban, jawaban
yang baik dan “benar” tentu saja. Pendidikan seks sejak dini bukan melulu
persoalan “bersetubuh” tetapi juga bagaimana agar anak tahu apa yang orang lain
boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap dirinya. Semacam pondasi lebih
tepatnya agar kita para orang tua dapat mencegah hal-hal yang tidak kita
inginkan.
1. Bimbing anak untuk mengenali dirinya sendiri
1. Bimbing anak untuk mengenali dirinya sendiri
Hal ini diperlukan agar anak dapat menanamkan rasa
cinta kepada dirinya sendiri dengan kadar yang tepat. Rasa cinta terhadap diri
sendiri akan membuat anak menghargai apa yang dia punya. Menghargai diri
sendiri akan menjadi hal yang akan membuat anak juga menghargai orang lain. Beritahukan
kepada anak bahwa ada bagian-bagian tubuh kita yang tidak boleh disentuh oleh
orang lain dan si anak juga tidak boleh menyentuh bagian-bagian tubuh yang sama
milik orang lain bahkan termasuk guru, teman-teman, tetangga terlebih orang asing.
2.
Mandiri
Sejak dini perlu banget loh menanamkan sikap mandiri
ke anak, misalnya mengajarkan anak menggunakan toilet dan membersihkan diri sehabis
menggunakan toilet, dengan begitu anak tidak perlu kebingungan ketika disekolah
misalnya si anak ingin buang air tetapi malah bingung dan meminta pertolongan
kepada orang lain. Hal ini akan menghindarkan kontak fisik yang sebenarnya
tidak perlu.
3.
Terbuka
“Mah tadi malem
adek ga sengaja lihat, papa kok pegang dada mama”
Nah loh?! Gimana tuh? Bila menghadapi pertanyaan itu,
agak bingung yaa. Hehe
Tapi sebaiknya kita orang tua terbuka saja, bahwa itu
salah satu bentuk kasih sayang papa ke mama tetapi hanya boleh dilakukan oleh
orang yang telah menikah, kenapa? Karena kalau belum menikah bukan kasih sayang
tapi karena sebab yang tidak baik. Tuhan kan gak suka perbuatan yang gak baik. Bahasakan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak sesuai dengan usianya.
Jangan berbohong dan menjawab dengan alasan yang mengada-ada, gak mau kan
anak-anak kita makin penasaran dan mencari tahu ke orang lain atau ke mesin
pencari di internet.
4.
Batasi dan dampingi saat bermain gadget
Tak bisa dipungkiri tayangan-tayangan di televisi, di
filem, di media sosial banyak yang belum pantas di lihat dan didengar oleh
anak. Hal-hal ini lah yang akan memicu rasa penasaran dari anak, maka kita
sebagai orang tua sebaiknya selalu mendampingi anak saat menggunakan gadget, batasi apa yang menjadi tontonan
anak-anak. Bila tidak sempat karena orang tua sibuk? Beritahukan kepada yang
mengasuh dan menemani anak saat di sekolah atau di rumah.
5.
Berani bilang tidak!
Beritahukan dengan jelas batasan yang boleh dilakukan
oleh anak dengan sesama dan lawan jenis. Beritahukan bahwa kita harus berani
bilang tidak bila ada perbuatan yang tidak sesuai dengan yang telah orang tua
ajarkan di rumah. Misalnya “kalau habis
olahraga di sekolah, kakak ganti baju harus di kamar mandi ya dan sendirian
aja, kalau harus berdua dengan teman kakak, ganti bajunya punggung-punggungan,
kalau ada teman yang ngajakin ganti baju di kelas, kakak jangan mau yaa”.
atau “Adek kalau
pulang sekolah tungguin mama jemput, jangan ikut orang lain yaa”.
atau “dek, kalau
ada teman adek yang pegang-pegang adek dibagian yang seharusnya ga boleh,
jangan mau atau laporin ke mama yaa, atau kalau ada yang pegang pipi adek terus
adek ga nyaman, tegur aja yaa”
Pendidikan seks tentu saja akan berbeda penyampaiannya seiring usia dari si anak, tugas kita sebagai orang tua harus benyak belajar supaya selalu siap bila anak menanyakan hal tersebut.